Smelter Nikel Pertama Hadir di Kaltim, Investasi Rp30 Triliun Dorong Ekonomi dan Hilirisasi Nasional

Gambar ; Smelter

Kalimantan Timur, metrokitanews.com — Provinsi Kalimantan Timur menorehkan sejarah baru dalam industri hilirisasi nasional dengan hadirnya smelter nikel pertama, yang secara resmi didirikan oleh PT Kalimantan Ferro Industry (KFI). Proyek ini menyedot perhatian karena nilai investasinya yang fantastis, mencapai Rp30 triliun, serta potensinya dalam menggerakkan roda perekonomian daerah secara masif.

Pembangunan smelter nikel berskala besar telah dimulai oleh PT Kalimantan Ferro Industry. Smelter ini mengusung teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan akan memiliki 18 jalur produksi. Proyek ini digadang-gadang sebagai salah satu pilar utama dalam strategi hilirisasi mineral Indonesia, khususnya dalam ekosistem industri baterai dan energi terbarukan.

PT Kalimantan Ferro Industry (KFI), sebagai pengembang utama, menjalankan proyek ini bekerja sama dengan investor nasional dan dukungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur serta Kementerian Perindustrian. Pembangunan ini juga melibatkan ribuan tenaga kerja lokal yang dilatih untuk mendukung kebutuhan teknis proyek.

Smelter ini dibangun di kawasan Pendingin, Kecamatan Sanga‑Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur — lokasi strategis yang terhubung dengan pelabuhan dan jaringan logistik industri lainnya di Kaltim.

Proyek dimulai sejak pertengahan 2025 dan ditargetkan rampung secara bertahap dalam waktu enam tahun ke depan. Dalam jangka pendek, lapangan kerja langsung akan terbuka bagi masyarakat, sementara dampak ekonomi jangka panjang mulai diprediksi sejak tahun pertama pembangunan.

Proyek smelter ini tidak hanya menjadi penanda masuknya investasi jumbo di sektor hilirisasi, tetapi juga dipandang sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi lokal. Pemerintah daerah meyakini bahwa kehadiran smelter akan:

  • Meningkatkan pendapatan daerah

  • Meningkatkan harga tanah dan properti

  • Mendorong lahirnya UMKM pendukung industri

  • Membuka jalan bagi pengembangan kawasan industri baterai dan kendaraan listrik

Dengan target menciptakan 10.000 lapangan kerja baru dalam enam tahun, proyek ini langsung menyentuh sektor ketenagakerjaan. Dampak tidak langsungnya menyentuh sektor logistik, kuliner, transportasi, perumahan, hingga pendidikan vokasi lokal. Pemerintah juga menyusun regulasi pendukung agar masyarakat sekitar dapat menjadi bagian dari ekosistem industri ini secara berkelanjutan.

“Smelter ini akan memperkuat posisi Kalimantan Timur sebagai pusat industri hilirisasi strategis nasional, khususnya dalam mendukung rantai pasok nikel dan baterai untuk energi masa depan,” ujar seorang pejabat Pemprov Kaltim dalam pernyataan tertulis, Kamis (18/07/2025).

Dengan hadirnya smelter nikel ini, Kalimantan Timur tidak hanya menjadi lumbung sumber daya, tetapi kini bertransformasi menjadi pemain utama dalam peta hilirisasi industri Indonesia. Ini menjadi bukti nyata bahwa daerah bisa bangkit melalui inovasi, kemitraan strategis, dan investasi yang berkelanjutan.

Jerry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *